Nasi Jagung, Bledus, dan Tiwul
Aku lahir dan besar di kota Malang, Jawa Timur. Selama belasan tahun tinggal di kota Malang lalu pindah ke kota Surabaya ada berbagai rupa makanan lokal yang menurutku layak menjadi sumber pangan selain beras, untuk menjaga ketahanan pangan.
Makanan lokal tersebut dulu mudah dijumpai. Kini makanan lokal tersebut agak jarang dijumpai tapi masih bisa ditemui di pasar tradisional, bahkan ada pula yang sekarang dikemas instan. Ketiga makanan lokal tersebut adalah nasi jagung, bledus, dan tiwul.
Ketiga makanan ini kaya karbohidrat, serat, dan mengenyangkan. Alhasil ketiga makanan pokok ini bisa menjadi pengganti nasi.
Yang pertama adalah nasi jagung alias sego jagung. Dulu nenek dan Bude kadang-kadang membeli nasi jagung. Bahkan pernah membuatnya sendiri. Ada dua versi, yang pertama yang jagungnya dicampur dengan nasi putih dan yang kedua adalah versi jagung keseluruhan, tanpa ada campuran nasi sama sekali.
Sego jagung ini rata-rata penjualnya bakul Madura. Sego jagung ini harumnya segar, ada aroma manisnya dan juga mengenyangkan. Sego jagung ini biasanya ditemani dengan sayur seperti tumisan, juga bisa urap-urap sayuran. Lauknya jenisnya keringan, seperti ikan teri atau ikan asing goreng. Plus ada sambal merahnya. Wow sedapnya.
Jika aku sedang pulang kampung dan menemukan penjualnya aku jadi ingin beli dan menyantapnya. Tapi nasi jagung ini sudah makin sulit dicari.
Yang kedua adalah bledus atau bledus jagung. Sama-sama terbuat dari jagung tapi berbeda dengan nasi jagung. Bedanya jagung untuk bledus tak ditumbuk dulu, tapi pipilan utuh. Ia dikukus lalu ditaburi kelapa dan garam. Jika ingin buat camilan maka tinggal ditambah gula putih. Tapi jika ingin untuk makanan berat maka tinggal disantap dengan sayur dan lauk keringan. Sedap.
Dan yang ketiga adalah tiwul. Penjualnya di Malang masih banyak. Biasanya ia disandingkan dengan gatot, sejenis makanan fermentasi dari singkong berwarna hitam, lalu ditaburi gula dan kelapa parut. Ia juga terkadang ikut berteman dengan bledus dan gethuk. Tapi jika ingin bersanding dengan lauk maka tiwulnya tak usah diberi apa-apa, bisa juga diberi garam sedikit biar tak hambar.
Oh iya tiwul ini terbuat dari gaplek atau singkong. Ia mengenyangkan dan kaya serat. Sekarang juga mulai banyak dijual tiwul instannya. Tinggal dihangatkan, jadi deh. Untuk tiwul enaknya sih tumisan yang pedas dan lauknya juga yang model keringan.
Wah aku nulis ini kok jadi lapar ya.
Komentar
Posting Komentar