Kisah Tentang Kegigihan Berusaha di Bidang Kuliner
Di sekitaran Senen hingga Cikini ada banyak kuliner jadul. Meskipun di sekitarnya ada begitu banyak tempat makan yang lebih menarik dan lebih variatif, mereka tetap eksis dan masih kompetitif. Ada yang bergerak di bidang bakery, gado-gado hingga es krim.
Bakery seperti Tak Ek Tjoan sudah ada sejak tahun 1921. Unggulan mereka adalah roti gambang, roti berwarna kecokelatan yang nampak keras tapi meleleh di lidah. Rasanya seperti ada kayu manis dan gula merahnya. Enak.
Toko kue mereka sudah tak ada di Jakarta. Tapi roti-roti ini masih ada, dijajakan di stasiun Gondangdia dan kawasan Cikini.
Bakery lainnya yang jadul yaitu Maison Weiner yang sudah eksis sejak tahun 1936. Ia menghadirkan beragam roti dan kue-kue khas Eropa. Kini dagangannya semakin bervariasi. Salah satu produknya yang unik adalah sourdough, jenis roti yang menggunakan ragi alami.
Selain bakery juga ada es krim jadul. Di antaranya es krim Baltic yang menggunakan susu sapi segar. Produk ini sudah ada sejak tahun 1939. Es krimnya ada model stik, cup, dan jenis tart ice cream. Juga ada es krim Tjan Njan yang mulai hadir tahun 1951 dengan unggulannya es krim rasa kopyor.
Kemudian juga ada kisah gado-gado seperti Gado-gado Bonbin yang hadir sejak tahun 1960. Di luar makanan tersebut juga banyak makanan lainnya yang telah eksis bertahun-tahun.
Dari sini ada satu pelajaran bahwa sebuah usaha bisa bertahan dan tetap mampu berkompetisi dengan produk-produk baru. Yang pertama dikarenakan mereka mempertahankan kualitas dan memiliki keunikan. Mereka memiliki produk yang sulit ditandingi. Produk mereka beda dan mereka bertahan dengan resep yang sama dan cara yang sama.
Yang kedua mereka memiliki cerita yang indah untuk dikenang. Tentunya tak mudah menciptakan sebuah produk yang disukai banyak kalangan. Roti gambang yang sekarang mungkin hasil percobaan puluhan kali. Juga tak mudah mendistribusikan produk dengan mempertimbangkan masa kadaluarsanya. Es krim, misalnya. Usianya tak lama sehingga tentunya mereka perlu berpikir keras bagaimana agar produk mereka selalu laku. Ini adalah cerita sukses buah dari ketekunan dan kerja keras.
Yang ketiga adalah nostalgia. Produk A disukai oleh nenek kita dan ia membagikannya ke ibu kita demikian seterusnya. Produk ini menjadi sebuah ajang nostalgia, mengenang masa-masa indah bersama keluarga atau kawan.
Berikutnya adalah tekad. Mempertahankan usaha di era sekarang tentunya tak mudah. Perlu tekad keras dan semangat baja untuk mengolah usaha kuliner warisan agar mampu bertahan di era masa kini yang generasi mudanya mudah bosan. Mereka juga perlu menggunakan cara modern untuk bertahan.
Itulah resep para jawara yang membuktikan usaha warisan tersebut tetap dicintai dan diminati. Nah jika Kalian ingin menciptakan produk kuliner yang kiranya bisa dinikmati lintas generasi hingga puluhan tahun ke depan maka janganlah mudah menyerah. Ciptakan produk yang akan membuat namamu dan usahamu dikenang.
BalasHapusWaaah nama-nama yg disebutkan di artikelnya lejend semua tuh. Dan, saya sukak semua. Dulu di Cikini ada toko roti maisom benny tapi di taun 2007-8 an tutup dan keknya ga buka lagi di tempat lain. Sedih.
Pas pabrik Tan Ek Tjoan di Cikini tutup juga saya langsung merasa kehilangan. Tapi, mereka ternyata buka toko di Panglima Polim Jaksel. Terkahir sih tahun 2019 lalu ke sana masih buka ya. Semoga sekarang pun masih buka.
Ooh masih ada ya di Panglima Polim tokonya. Wah lain kali mampir ah, terima kasih infonya.
Hapusakh roti ini selalu masuk kompleks aku dan selalu beli roti gambangnya. nama besar yang menginspirasi kegigihannya ya
BalasHapusRoti gambangnya enak dan seperti meleleh di lidah
HapusRoti tan ek tjoan favoritkuuu banget! Roti masa kecil yg ngangenin. Belum pernah nyobain roti maison niih mbak, pengin juga kek gimana rasanya.
BalasHapus